15 Februari, 2009

saya guru


Saya pernah membaca sebuah blog seorang teman berjudul “sayaguru”, dari sana saya memetik sebuah pernyataan bahwa salah satu cara menjadi guru yang selalu diingat oleh siswanya adalah dengan berlaku seperti orang tua, menyayangi murid kita dengan tulus seperti seorang ibu menyanyangi anaknya.
Sejak itu saya merenung, meneliti diri sendiri, saya menyediakan kaca yang sangat besar dan saya melihat saya apa adanya apakah saya sudah menjadi guru yang menempati hati siswa saya?? Jawabannya belum! Sekian detik berikutnya saya mencoba merubah haluan saya, bahwa saya menjatuhkan pilihan untuk menjadi guru bukan semata-mata karena saya tidak “pantas” atau tidak “diterima” di bidang lain selain bidang yang saya tekuni sekarang juga bukan semata-mata mencari kekayaan (istilah teman), tapi saya mencintai anak-anak dan menikmati setiap jengkal, setiap nafas, setiap kedipan mata dengan anak-anak. Kenikmatan menjadi guru adalah ketika berada di dalam kelas, berbaur bersama dengan siswa, bernyanyi, bermain dan belajar bersama. Dan puncak kenikmatan itu adalah ketika bel pulang sekolah berbunyi saya melihat wajah siswa saya menunjukkan kekecewaan karena harus pulang meninggalkan sekolah dan gurunya yang cantik (cieee ). Kenikmatan menjadi guru bukan terletak ketika tanggal sekian menerima gaji yang konon katanya tidak seberapa (sehingga sampai sekarang masih diperjuangkan). Jika seorang guru meletakkan kenikmatan manjadi guru ditempat yang salah, duh kasihan… akan rugi dunia akhirat. Rugi Dunia karena gaji yang diterima selalu saja tidak cukup, rugi akhirat karena tidak ikhlas memberikan ilmunya..
Sudah hampir dua minggu saya resmi mengundurkan diri dan sedang menunggu SK turun dan penempatan, selama itu saya tetap dating ke sekolah karena saya slalu kangeen dengan anak-anak, ketika semua teman guru masuk dalam kelas masing-masing, sebelum masuk seorang teman saya berkomentar “ enaknya ya bu, sudha nggak ngapa-ngapain, saya pingin!” saya hanya melongo, saya masih ingin masuk dalam kelas dan berbaur dengan anak-anak tapi teman saya menginginkan sebaliknya. Yaaa begitulah manusia..
Kenikmatan apa lagi yang saya dapat meskipun saya sudah tidak mengajar..
Saya sangat bahagia, ketika siswa saya tiba-tiba memeluk saya dan berkata, kangen, kapan ngajar lagi?ayo main lagi! Atau ada yang langsung bercerita tentang keadaan kelasnya meski saya tidak meminta, bahkan ada yang memeluk tanpa berkata apa-apa atau hanya diam dan memandang saya dengan diam-diam pula..
Duuuuh kenikmatan apa lagi yang harus dicari oleh seorang guru, sampai saat ini momen itu yang saya rasakan paling nikmat…Nikmat…nikmat sekali.. dan selalu bisa membuat saya berkaca-kaca..
“Bu Guru juga kangen” hanya kata itu yang bisa muncul dari hati saya meski selalu hanya tercekat di tenggorokan…Duuh saya makin cinta dengan anak-anak